Posts

Jalan-jalan dengan Anak Patah Tulang (2)

Image
Pemandangan dari Puncak Becici Naik-naik ke Puncak Becici Pagi itu mendung bergelayut, namun tak menyurutkan  niat kami untuk jalan-jalan. Setelah sarapan, rombongan terpecah. Mbak T pergi ke asrama anaknya untuk urusan penjemputan. Sementara sisanya, rombongan 3 mobil jadinya pergi ke Puncak Becici. S berseloroh " Wis, ngko teka kono udan deres sisan, bubar jalan ". Aku "menghardiknya"..."Jadi orang tu jangan skeptis, ucap yang baik-baik, biar Allah kasih yang baik-baik pula". Dia hanya meringis aja, sambil sesekali menekuri maps di HP-nya. , kami menelusuri jalanan Yogya yang pagi itu mulai hiruk pikuk. Puncak Becici merupakan perbukitan pinus yang berada di Kabupaten Bantul. Tanjakannya cukup tajam, membuat aku menahan nafas ketika melewati jalur berkelok-kelok dan menanjak. Ada sebuah plang yang bertuliskan jalur tanjakan Cino Mati.  Wah... deg-deg an banget aku, tanjakannya tajam, mana jalannya cukup ramai waktu itu. Di kelokan-keloka

Jalan-jalan dengan Anak Patah Tulang (1)

Image
Menginap di Hotel Bifa Yogyakarta "Eh bagaimana rencana kita ke Bromo?" Tulis Mbak T di Grup WA keluarga akhir tahun lalu. Lain-lainnya langsung ramai menimpali dengan semangat. Aku hanya menarik nafas panjang bacanya. Dengan berat hati kuketik juga kalimat "Aku nggak bisa ikut, Ken sedang sakit kakinya, nggak bisa jalan. Nanti aku bakal stand by di rumah nemenin mbah saja, sementara kalian ke Bromo". Begitulah kukatakan. Mereka ramai kembali memberi usul, "Tenang saja nanti Ken bakalan digendong, gantian, ramai-ramai". Aku hanya tersenyum kecut. Menyangsikan semua itu. Mana enak piknik sambil gendong-gendong  jauh, Ken itu sudah berat lho. Kebetulan saat perbincangan itu terjadi, Mbak T lagi perjalanan ke Yogya untuk menjemput anaknya yang sekolah asrama. Sementara Mas A sekeluarga lagi mengunjungi saudara di Klaten. Sementara adikku S dan istrinya ternyata juga lagi perjalanan dari Bogor ke Ngawi. Aku usulin kita nginep di pinggir pantai

Prosedur Penebangan Pohon Jati

Image
Alhamdulillah, bulan Juli kemarin proses pembangunan rumah kami dimulai. Ucapan beribu-ribu terima kasih kuhaturkan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga semua proses ini bisa berjalan. Meskipun belum jadi rumah yang bagus, tapi cukup untuk berlindung dari panas dan hujan. Semoga nanti kami dapat rezeki untuk menjadikannya rumah yang nyaman. Ngomongin tentang membangun rumah sekarang ini, kalau uangnya cekak seperti yang kami alami, lumayan bikin galau. Apa-apa mahal brooo. Seperti halnya kayu yang hendak dipakai. Sempat ada kegalauan ketika hendak memutuskan beli kayu jadi atau minta bapakku untuk urusan kusen, reng, usuk, dan entah apalagi, aku kurang paham. Wkwkwkwk, sepertinya  enak ya, minta. Tapi percayalah, meski kayunya gratis, tapi biaya yang berkaitan dengan itu lumayan juga.  Ya memang sebelumnya, Bapak sudah menawarkan kayu jati di kebunnya untuk dipakai. Akan tetapi proses tebang sama pengangkutannya, beliau memasrahkan pada kami. Karena bel

Kekonyolan Naik KRL

Image
Naik KRL dari Bogor Bagi kami, tiap kali mengunjungi kota Jakarta, rasanya tak lengkap kalau nggak naik KRL... karena aku sama Ken senang dengan kereta. Lagian, di daerah kami nggak ada KRL. Entah kalau Apak, senang atau biasa saja layaknya moda transportasi umum lainnya. Gelagatnya sih biasa saja sepertinya wkwkwk. Yo wis lah ...Lupakan perkara Apak yang kayaknya biasa saja sama kereta, sekarang kita ingat-ingat kembali, ada kejadian apa saja yang berkaitan dengan KRL. Oh ya, kasus-kasus ini terjadi pada tahun 2016 dan 2018 Check these out! 1. Salah Jurusan A. Karena jarang-jarang naik KRL, kami suka lupa kalau ada beberapa jurusan. Seringnya karena terlalu histeria KRL ada yang datang, kami abai dengan tujuan kereta tersebut. Sehingga terjadilah adegan salah kereta. Waktu itu kami dari Depok hendak ke BSD. Harusnya kami naik kereta jurusan Tanah Abang/Jatinegara. Ternyata kereta yang kami naiki jurusan Jakarta Kota. Akhirnya turunlah di Stasiun Tanjung Barat, lalu gan

Dokter Anak Subspesialis Syaraf di Solo

Image
Ilustrasi, source: pixabay " Bu, ini nanti njenengan ketemu sama dr Fadhilah, bisa di RS Muwardi atau di RS Kasih Ibu" kata dr Melita pagi di RS At Tin Husada, Ngawi seusai menelpon seseorang. Beliau menyodorkan kertas berisi jadwal praktik dr Fadhilah di kedua RS tersebut . Itulah awal saya mengenal nama dokter spesialis syaraf anak di Solo. Cerita awal mengenai kenapa anakku sampai harus ke dokter spesialis syaraf anak, bisa dibaca di link berikut dr Melita, Dokter Anak di Ngawi RS Muwardi Singkat cerita, aku pergi menemui dokter spesialis syaraf anak di Solo yang dimaksud di atas  yaitu dr Fadhilah Tia Nurs SpA (K). Pertama kali kami melakukan konsultasi di RS Muwardi, karena lebih dekat dari tempat tinggal kami. Beliau praktik di Paviliun Cendana. FYI, di sini antrian registrasi awal panjang banget, karena dari semua poliklinik dijadikan satu, daftar dulu, bayar dulu, baru ketemu dokternya. Padahal antrian dokter yang dituju sebenarnya cuma sedikit. Di k

Dokter Anak di Ngawi

Image
Ilustrasi, source: pixabay Bu, bisa nggak Tes EEG-nya di Solo saja. Soalnya suami saya di sana" kataku ketika dokter perempuan itu hendak membuat surat rujukan Tes EEG ke Madiun. "Oh, ya bisa bisa. Nanti saya hubungkan dengan teman saya yang di Solo". Jawab beliau dengan ramah. Tak lama kemudian, beliau meraih HP-nya dan mulai berbicara dengan seseorang di seberang sana.  Kejadian 3 tahun lalu itu  masih sangat membekas di ingatanku. Bagaimana paniknya ketika mendapati anakku tiba-tiba kejang. Hingga akhirnya berakhir opname di RS At Tin Husada Ngawi. Sebenarnya, beberapa hari sebelumnya anakku sudah mengalami beberapa kejanggalan, seperti selalu muntah ketika makan dan minum, badannya lemah dsb. Sudah diperiksakan juga ke dokter anak di rumah sakit lainnya. Tetapi, karena obatnya nggak masuk sama sekali jadi ya nggak ada pengaruh blas. Ini jadi pelajaran banget bagiku, mungkin juga bagi teman-teman yang lain. Jikalau anak nggak kemasukan apapun lebih da

KEB Intimate: Berkumpulnya Komunitas Perempuan di Solo

Image
Ruangan Skyline lantai 21 Best Western Premier Hotel, Solo Baru pagi itu riuh rendah penuh keriangan meski di luar mendung bergelayut gelap. Tiba-tiba saja wanita berbaju hijau itu mencolek tanganku dan bertanya "Mbak dulu apa anak UNS?" Satu dua detik aku masih bengong. Bener-bener bengong hehe. Saat itu ruangan cukup ramai jadi aku butuh waktu mencerna kata-katanya karena kupingku kurang sensitif. Keduanya karena aku mengira mbaknya itu mau pinjam mikrofon, karena kebetulan pagi itu aku kebagian tugas ngopar-ngoper mikrofon. Jadi nggak nyangka bakal dapat pertanyaan seperti itu. Ketiganya, aku merasa asing dengan wajahnya. Akhirnya kami ngobrol singkat, dan dia memperkenalkan diri sebagai adik kos temenku. Rupanya dia masih familiar dengan wajahku, sementara aku blas nggak ingat hahaha. Maaf ya mbak Dian. Meski tidak ingat walaupun sudah kuingat-ingat, aku seneng banget dalam event ini bisa ketemu mbak Dian yang ternyata punya hubungan sama aku. Hubungannya apa? Y